Nafas telah berhenti namun kesadaran masih belum
meninggalkan tubuh kasar
Ketika nafas
seseorang berhenti, namun alayavijnana-nya masih belum meninggalkan tubuh
kasarnya, masih bisa merasakan. Harus melewati satu kurun waktu, hingga sekujur
tubuhnya menjadi dingin, barulah bisa memastikan bahwa kesadarannya sudah
meninggalkan tubuh kasarnya. Dalam keadaan demikian seseorang baru dapat dinyatakan
telah meninggal dunia.
Pada
saat seseorang telah menghembuskan nafasnya yang terakhir, namun sebelum alayavijnana-nya
meninggalkan tubuh kasarnya, selama kurun waktu inilah alayavijnana sangat
menderita, bahkan bisa karena mengenang pengalaman hidupnya lalu mengalirkan
airmata. Juga karena kemelekatan pada jalinan kasih pada anak cucunya, harta
benda, sehingga sulit untuk berpisah dan melepaskan, atau karena harapannya
belum terkabul tetapi sudah harus meninggalkan dunia ini, maka itu terasa sedih
dan gelisah, atau ada yang karena difitnah dan kebenaran belum terungkap
sehingga mati dengan kondisi mata tidak terpenjam, maka itu pada saat ini juga,
merupakan saat kesedihan saling berbaur dengan penderitaan.
Jika
ditambah dengan memindahkan jasadnya, lalu tangisan memilukan, dengan demikian
bukankah akan mengakibatkan alayavijnana yang sedang kebingungan menjadi sangat
tertekan? Apakah sebagai sanak keluarganya, begitu tegakah mencelakainya? Orang
awam tidak tahu, mengira bahwa nafas berhenti berarti sudah mati, namun karena
salah tafsir ini dan menjadi kesalahan fatal, baik pasien, sanak keluarga dan
putra putri berbakti, tidak boleh tidak memahaminya.
Kesalahan
umum yang sering dilakukan adalah begitu orang menghembuskan nafasnya yang
terakhir, sanak keluarga segera menangis sambil berteriak, mengusap dan memindahkan
tubuh kasarnya, atau selagi tubuhnya masih hangat, cepat-cepat dimandikan dan
digantikan pakaian, atau menyuntikkan obat pengawet, atau begitu nafas
terhenti, cepat-cepat diantar ke rumah duka.
Selain itu, suntikan atau rangsangan listrik
untuk menguatkan atau merangsang jantung ketika seseorang dalam keadaan koma
juga berpengaruh buruk untuk yang meninggal dunia. Alayavijnana dari orang yang
meninggal tersebut boleh dikatakan menerima berbagai siksaan yang luar biasa,
bagaikan kura-kura yang dikupas kulitnya hidup-hidup. Atau ada yang baru
disemayamkan dua atau tiga hari langsung diperabukan.
Catatan
tambahan :
Untuk
daerah yang cuacanya panas, dimana jasad bisa cepat membusuk, maka jenazah
tidak bisa disemayamkan untuk seminggu, umumnya 4 hari sudah diperabukan, jadi
harus disesuaikan dengan kebiasaan daerah masing-masing.
Cara-cara
keji ini, terhadap alayavijnana yang masih bisa merasakan, sungguh merupakan
perlakuan yang sangat sadis. Apa yang dilakukan oleh sanak keluarga yang masih
hidup, sungguh mencelakai almarhum tanpa kata ampun, sehingga almarhum merasa
sangat tersiksa dan jatuh ke alam rendah, kasih sayang keluarga malah berubah
manjadi tindakan sadis, ini sungguh mengerikan.
Tidak
tahu bahwa alayavijnana belum meninggalkan tubuh kasarnya, siksaan yang
dirasakannya tidak sama dengan orang yang masih hidup. Orang hidup tentunya masih
bisa berteriak minta tolong atau melawan, tetapi orang yang meninggal tidak
bisa melakukannya, mulutnya sudah tak berdaya untuk menyatakan penderitaan
hebat yang sedang dialaminya.
Pasien
yang nafasnya sudah berhenti, jika bersikeras memandang dan memperlakukannya
sebagai mayat, maka ini akan mengakibatkan almarhum mengalami siksaan besar, dan
mulutnya juga tidak bisa memprotes ketidakadilan ini.
Disebabkan
kita tidak mempunyai pengetahuan tentang saat-saat menjelang ajal, sehingga
kita melakonkan adegan yang sadis ini, bagaimana tidak menyakitkan hati! Karena
orang yang meninggal itu menerima berbagai penderitaan, lalu timbul kemarahan
dan kebenciannya, sehingga alayavijnana- nya jatuh ke alam penderitaan,
meskipun anak cucu berbakti namun juga tidak mengetahuinya.
Karena
itu, kami menghimbau apabila seseorang pasien yang nafasnya sudah berhenti,
sebelum alayavijnana nya meninggalkan tubuh kasarnya, sekitar 10-12 jam
kemudian, selama kurun waktu ini, ruangan kamar pasien dijaga agar tetap tenang
dan hening. Jangan sampai terjadi tindakan yang telah diuraikan di atas, untuk
menghindari hal-hal yang bisa mencelakai almarhum. Jagalah keselamatan dan
ketenangan alayavijnana-nya.
Sikap
tidur orang yang telah meninggal dunia, biarkan sebagaimana adanya, jangan dipindahkan.
Kira-kira sepuluh sampai dua belas jam kemudian, setelah tubuhnya dingin,
barulah kita melapnya dengan handuk hangat pada bagian persendian, sehingga
bisa menggerakkannya. Sebelum sepuluh sampai duabelas jam, jangan meraba-raba
tubuhnya untuk mengetahui apakah sudah dingin atau belum? Jangan membiarkan
lalat atau nyamuk hinggap di tubuh nya, dan usahakan agar dalam ruangan itu
tidak ada yang menangis atau berbicara.
Gunakanlah
waktu sepuluh atau duabelas jam untuk melakukan tindakan yang bermanfaat,
membimbing alaya-vijnana ke arah jalan yang terang, supaya terlahir di alam
yang suci dan bahagia, selamanya menikmati kebahagiaan. Ini adalah kewajiban
keluarga yang berduka dan juga merupakan wujud nyata sebagai anak cucu yang
berbakti.
Petikan dari
buku berjudul :
Masalah Terbesar Dalam
Kehidupan Manusia
Diceramahkan oleh Upasaka Yu Ding-xi
呼吸雖停止神識尚未離開形軀
病者氣絕之後,以神識尚未離去,仍然是有知覺的。須經過一段時間,通身冷透,神識出離,壽、煖、識都離開了身體,方算死亡。在氣絕之後,神識未去之前,心靈正是很痛苦的時刻。且有因感傷往事而流淚的,亦有因貪戀世間情愛子孫財寶而難割難捨的,或有因心願未了竟遽然離世而悲傷苦惱的,復有因冤屈未伸而不甘瞑目的,故此時此刻,正是悲苦交集。若又被搬動,又聞哭聲,豈不更使將去未去的心靈,受極大的刺激,生者能這樣忍心害理嗎?世人不知,認為氣絕就是死亡,往往因這種誤解而鑄成大錯,病者家屬及孝順子女,不可不知也。
以一般錯誤舉動來說,只要病人一斷氣,馬上就悲哀啼哭,或撫摟病人而嚎啕,或任意搬動強其正寢,或趁身體未冷先為之沐浴穿衣,或注射強心針,或注射防腐劑,或方斷氣立即被送太平間,或當天被移殯儀館。或更有兩三天即行火葬者。這些殘忍舉動,對神識未去仍有知覺的病人,可算受盡慘毒虐待了。生者所行所為,實貽害臨終人不淺,將使死者痛苦墮落,愛之反足以害之,這是最可怕的。
不知神識未去,其所感受的痛苦,與常人無異。常人還可以呼痛呼救,可以抗拒。病人雖氣絕而神識未去的這段時間,硬要當作死屍看待,致使病人冤枉受極大痛苦,而口又無法申訴。因不解臨終常識,而導致如此悲慘,寧不痛心!病人因遭受痛苦而心生瞋恨,因瞋恨心而使神識墮落惡趣之中,雖孝子賢孫亦無所知也。
因此呼籲世人,在病人氣絕之後,神識尚未離去之前,假定為十小時至十二小時,在此時間之內,病室宜維持肅靜,不能有上述種種舉動,加害病人之身,以維護神識得到寧靜與安全。病人睡的姿態,要聽其自然,不能移動他。以後可用熱水毛巾敷其彎節,使其轉軟。此時間內,不要探摸其冷暖,不要使蚊蠅觸及,病室內不閒談或悲泣。要利用十至十二小時,作有效的救度,引導病者的神識走向光明前途,往生聖境永享快樂。這是家屬唯一的責任,也是為子女者唯一的孝道所在。