Membahas tentang praktisi
yang berhasil atau belum terlahir ke Alam Sukhavati
(Bagian 3)
Tanya :
Seorang praktisi yang menghadapi saat menjelang ajalnya, bagaimana pula
disebut tidak memiliki faktor pendukung (jalinan jodoh) yang sempurna, sehingga
tidak berhasil terlahir ke Alam Sukhavati?
Jawab :
Praktisi ini dalam kesehariannya, ketrampilannya dalam membangkitkan
keyakinan, tekad dan melafal Amituofo, masih belum menjadi kebiasaan, kala
menjelang ajalnya, meskipun memiliki niat untuk terlahir ke Alam Sukhavati
(mempunyai benih sebab), tetapi karena siksaan penyakit yang menderanya,
didesak oleh berbagai kerisauan, tidak sanggup membangkitkan hati yang melafal
Amituofo, tidak ada kalyanamitra (sahabat Dharma) yang datang memberi ceramah
dan mendamaikan hatinya, serta membantunya melafal Amituofo (tidak ada
jodoh/faktor pendukung), juga bertemu dengan sanak keluarga yang tidak memiliki
pengetahuan Dharma, menambah ratapan kesedihan dan tangisan, berbagai
rintangan.
Di dalam hati pasien tersebut, akan semakin tersiksa dan menderita,
berusaha ingin memohon agar sanak keluarga jangan menangis dan menghalanginya,
dan sebaiknya membantunya melafal Amituofo, mengantarnya ke Alam Sukhavati,
namun apa daya, dia tidak sanggup mengatakannya keluar.
Hati pasien itu semakin risau dan semakin sengsara. Sampai saat menjelang
ajal, kesadaran (vijnana) nya, yang pada mulanya bisa berhasil terlahir ke Alam
Sukhavati dan menikmati kebahagiaan, sekarang malah dicelakai oleh tangisan
sanak keluarga dan berbagai rintangan lainnya, sebersit niat pikirannya yang
terakhir malah dituntun pergi oleh kerisauannya, tidak tahu jatuh ke alam mana.
Ini yang disebut dengan memiliki benih sebab, namun sayangnya tidak memiliki
faktor pendukung, sehingga tidak berhasil terlahir ke Alam Sukhavati.
Ada
juga praktisi yang sedemikian, dalam kesehariannya ketrampilannya dalam
membangkitkan keyakinan, tekad dan melafal Amituofo masih belum menjadi
kebiasaan, ketika sampai saat menjelang ajal, ternyata jalinan jodoh (faktor
pendukung) nya sangat bagus, ada para sahabat Dharma yang datang membantunya
melafal Amituofo dan sebagainya. Juga sanak keluarganya tidak menangis dan
membuat halangan lainnya.
Oleh
karena hati praktisi jadi sesat, mendambakan jalinan kasih di dunia ini,
mencintai anak dan cucunya, harta benda dan sebagainya, tidak membangkitkan
tekad untuk terlahir ke Alam Sukhavati (tidak mempunyai benih sebab). Hingga
sebersit niat pikiran yang terakhir saat ajalnya tiba, pergi mengikuti nafsu
cintanya, dan jatuh ke enam alam tumimbal lahir, ini yang disebut dengan tidak
mempunyai benih sebab tetapi memiliki faktor pendukung (jalinan jodoh), namun
juga tidak berhasil terlahir ke Alam Sukhavati.
Ada
juga jenis praktisi lainnya, dalam keseharian melafal Amituofo adalah ditujukan
untuk memohon keselamatan dan keberuntungan buat keluarganya, serta usia
panjang dan sebagainya, ketika ajalnya menjelang, maka dia akan takut mati.
Andaikata penyakit yang dideritanya masih belum parah, meskipun dia melafal
Amituofo, namun dia sangat mengharapkan agar penyakitnya cepat sembuh, dan
tidak membangkitkan tekad terlahir ke Alam Sukhavati (tidak mempunyai benih
sebab), hingga waktu penyakitnya jadi parah, dan tersiksa, saat itu tidak
sanggup lagi melafal Amituofo, hanya menjerit-jerit memohon pertolongan.
Andaikata
sanak keluarganya tidak percaya pada Buddha Dharma, atau meskipun percaya pada
Buddha Dharma, tetapi masih belum paham benar, maka mereka bukan saja tidak
mampu memberi ceramah dan melafal Amituofo (tidak memiliki faktor
pendukung/jalinan jodoh), ditambah lagi dengan ratapan tangis memilukan serta
beragam hambatan, hati si pasien menjadi gelisah dan tersiksa, penderitaan yang
takkan usai diucapkan dengan kata-kata, lebih sengsara daripada dilempar ke
bawah sumur dan dikubur dengan bebatuan.
Terhadap
pasien semacam ini, sebersit niat
pikiran terakhirnya, pasti pergi mengikuti kekotoran batinnya, jatuh ke tiga
alam penderitaan, ini yang disebut dengan tidak memiliki benih sebab dan juga
tidak memiliki faktor pendukung, tidak bisa terlahir ke Alam Sukhavati.
Contoh
di atas adalah perumpamaan untuk tiga jenis praktisi kala menjelang ajalnya,
ada yang mempunyai kekuatan sendiri sebagai benih sebabnya, tetapi tidak
memiliki jalinan jodoh (faktor pendukung), mempunyai jalinan jodoh kekuatan
luar, tetapi tidak memiliki kekuatan sendiri sebagai benih sebabnya, tidak
mampu memiliki kedua kekuatan baik kekuatan sendiri maupun kekuatan luar,
saling terjalin, juga tidak ada benih sebab dan faktor pendukung yang dapat
saling berpadu, maka itu tidak berhasil terlahir ke Alam Sukhavati
Petikan dari
buku berjudul :
Yang Perlu Diketahui Saat
Menjelang Ajal
Diceramahkan oleh
Venerable Shi Shi-liao
論念佛人臨終往生與不往生的道理
(三)
問:行人臨終的時候,因緣怎樣就不能具足,不能往生西方呢?
答:行人平素的時候,信願念佛功夫,未能純熟,到了臨終的時候,雖有信願求生西方的心(有因),但是為著病苦,種種煩惱所逼,念佛的心提不起來,沒有善友開導安慰,和幫助念佛(無緣),又遇無知的家屬人等,加以悲哀哭泣,種種的妨礙。那病人的心裏,就起了許多痛惱,盡力想要求家屬人等,不可啼哭妨礙,而幫助他念佛,送生西方,無奈話說不出了。那病人的心,就痛惱上,更加痛惱了。到了命終的時候,那個識心,本能往生西方阿彌陀佛清淨莊嚴的佛國裏去,永受快樂以及圓成佛道,普度眾生的。卻被自家眷屬人等,悲哀啼哭種種妨礙的緣故,那最後一念心,即隨著煩惱去,不知落在那一道了。這是有因無緣的關係,不能往生西方。
又有一種人,平素的時候,信願念佛都未切實,到了臨終的時候,助緣很好,也有善友們幫助念佛(有緣)等等。又家屬人等皆無哭泣種種妨礙。因為行人自己心生顛倒,貪戀世間的情欲,以及愛著子孫財產等事,不發念佛求生西方的願心(無因)。到了臨終最後一念心,仍隨著情愛欲念去,投於善惡道中,這是無因有緣的關係,不能往生西方。
又有一種行人,平素念佛的時候,專是為求保佑家門清吉,壽命延長等,到了臨終的時候,那就只有怕死了。如病未極重的時候,雖也念佛,他是志求病體快好,不發求生西方的願心(無因),到了病極重,痛苦發現的時候,那就不能念佛,只能叫天叫地,呼爺呼娘了。如家屬人等,不信佛法的。或雖信佛法,未多明白佛經義理的。那麼非但不能開導和助念(無緣),並且又加大哭大叫種種妨礙,那病人的心裏的煩惱和痛苦就說不盡了,比了給人落井下石,也還痛惱得多了。對於這種人,命終最後一念心,必定隨著煩惱惡毒的念去,墮落三惡道裏,這是無因無緣的關係,不能往生西方。以上是略提這三種人,臨終的時候,有自力的因,無他力的緣,有他力的緣,無自力的因,不能得到自他二力,感應道交,因緣和合的緣故,所以不能往生西方。